SELAMA HUBUNGAN KITA BELUM DISATUKAN OLEH TUHAN, RASANYA LELAH SUDAH MENERUSKAN SEMUA INI. INI BUKAN PERJUANGAN, TAPI PIL PAHIT YANG MENYAKITKAN!”
Oke, mungkin banyak yang tak akan terima dengan pembahasan ini, terutama mereka yang masih mengagungkan cinta diatas hubungan jarak jauh tanpa ikatan yang jelas. Kita tidak sedang membahas hubungan jarak jauh mereka yang sudah berkomitmen diatas agama, tapi mereka yang masih setia menunggu kebahagiaan datang diatas berpuluh-puluh ribu mil jarak yang memisahkan.
“Sudah kubilang, LDR ini hanya akan membuat kita sakit. Lebih baik sakit sekarang ketimbang menyimpan rasa sakit entah sampai kapan lamanya,” ucapku meyakinkanmu.
Kamu tergugu mendengar perkataanku, bagaimana mungkin hubungan kita yang sudah berjalan hingga 7 tahun ini harus kandas lantaran jarak yang memisahkan. Apa kata dunia kalau kita harus menyerah pada waktu dan keadaan? sanggahmu.
Sampai akhirnya kita putuskan untuk tetap berjalan. Aku di sini kamu d pulau seberang yang jarak hingga ribuan km. Bukan jarak yang terlalu jauh, masih sama-sama di indonesia. Dan kita masih bisa saling berkunjung satu sama lain selama bandara masih buka. Sebuah pemikiran polos yang hingga kini masih kupertanyakan kebenarannya.
Sejak jalinan kasih kita terjalin di awal kuliah dulu, tak pernah sedikit pun waktu berlalu tanpa adanya perang mulut diantara kita. Kamu sosok yang luar biasa baik dengan pendirian dan peduli dengan sesama tanpa pandang bulu, sedangkan aku orang yang selalu di sibukkan dengan hal hal yang menurut mu tidak berguna dan masih keras kepala dwngan pendirian dan idealisme. Alhasil, kita memang tak penah cocok dalam urusan pemikiran dan jadi sering bertengkar.
Tapi itulah bumbu perjalanan yang justru membuatku bertahan, aku merasa tertantang untuk menaklukkan idealismemu. Kini tak ada lagi adu mulut berbumbu cinta yang sering kita lakukan. Perang mulut itu sudah berganti dengan kerinduan yang harus kusapu jauh agar kenyataan pahit ini tak bertambah perih.
Dengan dalih masih cinta, kita selalu mencoba untuk mempertahankan hubungan yang sudah terasa melelahkan ini. Cinta yang sebenarnya tak kuketahui definisinya membuatku semakin meraba “apa itu cinta?” Bukan cinta namanya jika harus saling menyakiti, walaupun hanya untuk urusan miskomunikasi.
Sudah berapa sering terjadi miskom yang membuat kita uring-uringan setiap hari? Sering kutatap layar hampa smartphone menunggu kabar darimu yang baru kuterima empat puluh delapan jam kemudian. Apa itu masih layak disebut cinta?
Jika cinta bisa datang karena terbiasa, begitu juga sebaliknya bukan?
Cinta bisa datang karena terbiasa. Berarti cinta bisa pergi juga karena tak biasa? Sebuah filosofi sederhana yang kini masih kucerna maknanya. Siapa yang bisa menjamin aku atau kamu menemukan ‘kebiasaan’ lain diluar sana yang bisa menumbuhkan cinta?
Ayolah kita akui bersama, hubungan jarak jauh ini sungguh menyiksa
Pada akhirnya aku hanya ingin berkata bahwa aku sudah tak kuat dengan siksaan ini. Rindu yang membelenggu, rasa yang berubah hampa, hingga cinta yang tak lagi buta membuat akalku berpikir lebih realistis. Ada kehidupan dan urusan lain diluar sana yang jauh lebih penting ketimbang menunggu kepastian yang tak tahu ujung rimbanya.
untuk kalian pejuang LDR yang berhasil menjaga hubungan hingga ke pelaminan, aku iri pada kalian..